Selasa, 06 Agustus 2019

Strategi Kampanye Pilkada Melalui Media Sosial

Related image

Di dunia politik jaman now, sosial media (sosmed) memang tidak dapat dipandang mata sebelah. Pikirkan, seseorang calon wagub sangat terpaksa (atau diminta?) mundur beberapa waktu mendekati pendaftaran dikarenakan dua lembar photo seronok yang belum terkonfirmasi kebenarannya. Sosmed memang kejam, kata orang sono.

Mendekati Pemilihan kepala daerah serempak di beberapa wilayah pada 2018, beberapa calon telah mulai ancang-ancang lakukan kampanye di sosial media. Ada yang langkah pemakaian medosnya telah benar, mempersiapkan team sosmed yang betul-betul profesional serta andal. Tetapi semakin banyak calon yang asal punyai sosmed. Jadilah situs facebooknya cuma dibanjiri foto-foto pekerjaan yang sepi engagement; tidak berhasil menarik simpati audiens.

Waktu lalu, di depan calon bupati & wakil bupati dalam suatu wilayah di Jawa timur, kebetulan saya disuruh untuk mempresentasikan cara, skema, tehnologi & taktik kampanye yang benar melalui sosial media.

Pokoknya, memakai sosial media jadi fasilitas jasa kampanye online harus mempunyai trik-trik tertentu untuk menggandeng massa. Tersebut ringkasan yang saya uraikan saat itu:

Inspirasi yang Jual 
Kandiat harus punyai ide yang jual, bukan murahan serta harus original. Berarti inspirasi yang dibuang di sosmed harus dapat menarik simpati massa. Tidak kalah penting, pemakaian narasinya harus pas serta unik hingga nancep di pikiran audiens. Oke Oce salah satu contoh bagaimana satu inspirasi cemerlang yang dipadukan dengan cerita yang pas dapat menggandeng massa.

Sensitif Pada Rumor Sosial 
Seseorang calon kepala wilayah selalu harus tahu serta sensitif pada desas-desus faktual yang berkembang di warga. Dia harus dapat rasakan denyut kehidupan warga dengan cara langsung. Dari sanalah calon mendapatkan bahan untuk membuat cerita kampanye yang dapat menggerakkan massa untuk memberi dukungan program-programnya.

Fast Tanggapan 
Ini ketentuan penting; calon harus fast tanggapan pada audiance pada media sosialnya. Banyak saya perhatikan, setelah melempar status di sosial media, beberapa calon kelihatannya tidak melihat komentar audiens. Karena itu, sebatas perkataan terima kasih bla.. bla.. bla.. itu sangat penting supaya audiens merasakan jika mereka dilihat.

Diluar itu, calon dapat juga minta input, pendapat, tanggapan pada audiencenya, ihwal apa yang mereka perlukan untuk perkembangan daerahnya.

Jangan Terlalu berlebih 
Alami saja. Jangan terlalu berlebih lakukan pencitraan. Warganet saat ini sangatlah pintar memandang mana yang sebatas pencitraan serta mana yang original. Yang lebih penting ialah bagaimana audiens tahu jika kamu sedang perjuangkan kebutuhan mereka. Berikut yang harus dikampanyekan dengan masif, pasti lewat cara elok.

Team Sosmed yang Andal 
Tentunya seseorang calon mustahil kerja sendirian mengurus kanal Medsosnya. Dia harus mempunyai team sosmed yang kuat serta kuasai seluk-beluk beberapa kanal Sosmed. Team berikut yang akan menganalisa jalannya kampanye di sosmed, memberikan advis, serta terkadang memperhatikan gerakan pesaing.

Yes, seperti akan berperang di masa kekinian, sosial media ialah perangkat atau senjata yang benar-benar efisien untuk memenangi kompetisi merampas hati pemilih. Piranti kampanye offline seperti baliho/spanduk saja kurang. Jaman telah bergerak ke arah online.

0 komentar:

Posting Komentar